Yayasan Wangsakerta
Yayasan Wangsakerta
Strategi UmumCatatan LapanganNgengerJelajah EnsiklopediaDonasi
kontak

Traktor yang Menggetarkan Semangat

15068423_1379953475404784_7194256269791579991_o

Oleh: Ahmad Zahid Noval

Traktor itu bergetar dan tubuh saya pun ikut bergetar seperti sedang berolah raga. Rasanya seru dan luar biasa.  Itulah perasaanku ketika kali pertama mengoperasikan traktor di laboratorium pertanian Wangsakerta.

Bulan September 2016, saya diajak dosen saya yang juga pengurus Yayasan Wangsakerta untuk ikut ke lab pertanian yang berlokasi di  di Dusun Karangdawa, Desa Setu Patok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Kata dosen saya lab ini dibangun oleh Yayasan Wangsakerta untuk menjadi tempat belajar pertanian bagi siapapun. Berbagai usia, profesi dan latarbelakang apapun boleh belajar di tempat ini. Syaratnya hanya memiliki kemauan untuk bertani dan siap mempraktekkannya di kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan memanfaatkan pekarangan rumah sendiri.

Saya tertarik untuk ikut belajar pertanian. Saya sendiri tidak berasal dari keluarga petani. Tetapi, saya dan bapak saya menyukai tanaman hias. Kami menghiasi halaman rumah dengan tanaman-tanaman yang menurut kami menarik, seperti tanaman bunga kertas, bunga mawar, bunga melati dan tanaman-tanaman lain yang tidak saya ketahui namanya. Sehari-hari kami bergantian merawat tanaman tersebut.

Seperti mahasiswa lainnya, saya mempunyai kesibukan di kampus. Mulai dari kuliah rutin yang hampir setiap hari, diskusi dengan teman-teman, sampai dengan mengerjakan tugas-tugas kuliah. Sehingga hampir tidak punya waktu lain di luar soal kampus. Namun saya berusaha meluangkan waktu  agar tetap bisa belajar bertani. Bagi saya, pertanian itu sangat penting untuk dipelajari. Pertanian adalah  pusat kehidupan manusia. Bahan pokok yang di konsumsi manusia kebanyakan dari tumbuh-tumbuhan. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau pertanian benar-benar tidak diberdayakan. Apalagi mengingat minimnya ketertarikan pemuda di jaman sekarang terhadap pertanian.

Biasanya dalam waktu satu minggu, saya meluangkan dua hari atau tiga hari untuk belajar pertanian. Saya harus pintar-pintar membagi waktu, begitu juga temen-temen dan para pengajar di Yayasan Wangsakerta. Para pengelola Yayasan Wangsakerta ini  kebetulan adalah dosen-dosen yang sebenarnya juga telah mempunyai rutinitas sendiri, baik di kampus atau di luar kampus. Saya masih muda, tentu seharusnya punya peluang waktu yang lebih banyak ketimbang mereka.

Pembelajaran yang paling berkesan bagi saya yaitu saat saya mengoperasikan traktor. Traktor adalah alat yang membantu penguraian tanah atau pembajakan tanah dan pembuatan bedengan atau petak tanah yang akan ditanami. Saya jarang melihat traktor, apalagi traktor kecil yang digunakan di Wangsakerta ini sekaligus mengoperasikannya.

Menurut cerita salah seorang pengurus, mendapatkan traktor bukanlah hal mudah. Pencarian traktor dimulai dengan mencari informasi mengenai penyewaan traktor. Mereka bertanya kepada salah satu Ketua RT (Rumah Tangga) Dusun Karangdawa, para petani di seputaran Cirebon  sampai ke Dinas Pertanian. Namun informasi tidak didapatkan, kalaupun ada harga sewanya mahal yakni 1.4 juta untuk operasional sehari. Tambahan lagi traktor tersebut harus didatangkan dari luar kecamatan. Sementara saat itu pengelola juga tidak mempunyai cukup dana untuk menyewa traktor tersebut. Selang beberapa bulan, akhirya mereka memutuskan untuk membeli Hand Tracktor.  Traktor dengan ukuran kecil dan bisa dioperasikan seperti mendorong gerobak.

Traktor itulah yang pertama saya pegang, saya jalankan. Ini traktor jenis baru yang saya tahu. Sebelumnya saya hanya tahu traktor besar untuk kebun yang biasanya dioperasikan untuk perkebunan tebu. Saya juga pernah lihat traktor ukuran sedang yang khusus untuk sawah. Traktor Wangsakerta ini lebih kecil dari traktor sawah. Pengoperasiannya tidaklah mudah. Tidak semua temen saya bisa mengoperasikan dengan baik, karena pengoperasian traktor mempunyai teknik sendiri.

14570639_1360187514048047_1297547678671351137_o

Saya merasakan getaran-getaran saat mengoperasikan traktor hampir sama dengan getaran saat saya mengendarai vespa, yang sudah menjadi transportasi keseharian saya. Perbedaannya, rasanya lebih SERU!!!. Saat saya mengoperasikannya, saya tekan tombol gasnya traktor itu akan berjalan sendiri. Getrannya membuat seluruh tubuh saya ikut bergetar. Saat traktor berjalan dan di gas, traktor itu akan menarik saya kedepan. Setelah traktor berjalan ke tanah. Tanah-tanah akan terbalik dari tanah atas sampai kedalam tanah dengan kedalaman kurang lebih 20 cm. Proses itulah yang akhirya saya kenal sebagai pembajakan tanah.

Pada awalnya, saya belum memahami tekniknya. Tetapi, setelah mengoperasikan berkali-kali dan diberi arahan oleh ahlinya teknik itu bisa saya pahami. Misalnya, dalam hal pembajakan tanah, kita tidak boleh membajak semaunya. Tujuan pembajakan itu untuk membalikkan tanah. Jadi harus dipastikan tanah yang dibajak semuanya terbalik. Pembajakan dimulai dari pinggir lahan yang sudah ditentukan batasannya. Pembajakan dilakukan secara memutar sampai ketemu antara ujung ke ujung. Setelah itu arahkan traktor ke tanah tepat di pinggir yang sudah dibajak. Langkah itu harus dilakukan seperti itu terus menerus sampai semua tanah sudah terbalik.

Sebenarnya masih banyak keseruan-keseruan dan pembelajaran yang saya dan teman-teman dapatkan selama di Laboratorium Wangsakerta. Namun, saya hanya dapat menceritakan sedikit tentang pengalaman saya. Lain waktu saya dapat menceritakan yang lebih menarik lagi. Saya memiliki harapan pertanian di Indonesia lebih diperhatikan dan para pemuda mau belajar pertanian.[]

*) Mahasiswa prodi BKI IAIN SNJ Cirebon


Bagikan

- Kembali ke Arsip Catatan Lapangan 2017 - 2021

Kontak

Informasi lebih lanjut

yayasan.wangsakerta@gmail.com

Jl. Jeunjing RT 06/RW 01 Dusun Karangdawa, Desa Setu Patok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon 45145

Formulir Kontak

Yayasan Wangsakerta
Yayasan Wangsakerta

Mewujudkan masyarakat yang cukup pangan, cukup energi, cukup informasi, dan mampu menentukan diri sendiri.

Profil

Siapa Kami

Ngenger - Sekolah Alam

© 2022 - 2024 Yayasan Wangsakerta. All rights reserved. Design by Studiofru