Yayasan Wangsakerta
Yayasan Wangsakerta
Strategi UmumCatatan LapanganNgengerJelajah EnsiklopediaDonasi
kontak

MERAWAT KEMASYARAKATAN DENGAN LAYANAN IBADAH KURBAN

Sejak hari jum’at menjelang hari raya Idhul Adha, anak-anak terlihat ceria. Anak perempuan dan laki-laki disibukkan dengan kedatangan kambing-kambing kurban. Mereka sibuk memancangkan tiang untuk mengikat, memberi makan dan minum, menyiapkan lapangan untuk pemotongan kambing serta mencari dan menebang bambu Tali untuk membuat Tutus. Tutus atau grantingan, terbuat dari bambu Tali yang diseset kecil dan pipih untuk menusukkan daging kurban. Tutus ini menjadi wadah untuk daging kurban yang akan dibagikan. Anak-anak beserta para pendamping bekerja hingga malam hari untuk menyiapkan pemotongan kurban di hari raya. 

Tutus

Meskipun tidak bermaksud mentradisikan pelayanan ibadah kurban, namun Yayasan Wangsakerta telah tiga tahun ini melakukannya untuk masyarakat Dusun Karangdawa, Desa Setupatok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Pada tahun 2019 ini, tepatnya setelah sholat Ied tanggal 11 Agustus 2019, layanan diperluas ke dusun sebelah, yaitu Kedungkrisik, wilayah perbatasan Kota Cirebon. Jumlah keseluruhan target distribusi ada 300 paket untuk masyarakat dan beberapa paket untuk panitia. Kurban berupa 5 ekor kambing, berasal dari para donator pelaksana ibadah korban dari Jakarta yaitu, (1) Sari Wulandari binti Rijanto P. Hadmodjo, (2) Riana Pertiwi Nalapraya dan keluarga, (3) Ricky Trianto, Mauly Syafira Dasril, Kinara Asa Ramadhan, (4) Muhammad Arsya bin Yanuar Zuhriansyah, dan (5) Syaiful Anwar Zen bin Muhammad Zen.

Berbeda dengan pelaksanaan penyembelihan kurban ditempat lainnya, kegiatan penyembelihan dan distribusi daging kurban  dilakukan sekaligus untuk mendidik anak-anak Sekolah Alam Wangsakerta. Aspek-aspek yang dipelajari adalah bagaimana cara menyembelih korban yang benar sesuai ketentuan Syara, bagaimana menyeset kulit dan memotong daging yang benar, dan bagaimana mengelola pembagian yang adil dan tertib juga yang tidak kalah penting adalah belajar kerjasama sebagai panitia dan belajar berlaku adil.

Cara pengemasan daging menggunakan Tutus yang digagas untuk mengurangi sampah plastik. Idenya dicetuskan Fatimah, ketua KWT Mawar Harmoni Karangdawa. Ia mengingat di masa kecilnya Tutus inilah yang digunakan orang dikampungnya untuk bagi-bagi daging kurban. Tutus adalah wadah daging kurban yang digunakan warga kampung sebelum maraknya penggunaan plastik. Seiring waktu penggunaan Tutus ini menghilang karena semakin terbatasnya jumlah pohon bambu di kampung. Tutus, dengan demikian menjadi kearifan lokal dari dusun karangdawa yang perlu dihidupkan lagi agar warga dapat mengurangi sampah plastik.

Distribusi daging korban dilakukan secara sistematis dengan mendaftar nama-nama untuk memastikan bahwa warga yang butuh daging kurban mendapatkan bagiannya. Selain itu daging diantarkan sendiri oleh anak-anak Wangsakerta, supaya menghindari masyarakat terkesan meminta daging kurban dengan datang berbondong-bondong ke tempat pengemasan.

Para penerima daging kurban dari orang tua murid anak-anak Sekolah Alam Wangsakerta diberikan di saung Wangsakerta. Mereka diundang sekaligus untuk mengikuti pengajian dan sosialisasi program Wangsakerta yakni mendukung anak-anak untuk belajar,  bersih lingkungan serta mengatasi masalah bersama khususnya sampah dan kekeringan.

Acara dibuka oleh Satini, selaku ketua RT 06 Dusun Karangdawa sekaligus sebagai ketua LINGSEKAR (Lingkungan Bersih Karangdawa), komandan pasukan bersih2 di Karangdawa. Satini mengajak warga melalui syukuran di hari raya di Idul Adha  ini warga untuk bergerak mewujudkan lingkungan karangdawa yang bersih dan sehat.

Acara utama penggajian di sisi oleh Kiai Abdul Muiz Ghazali, M. Pd. I. Beliau memaparkan  makna kurban sebagai cara membangun masyarakat yang kuat. Pertama, teladan tentang korban adalah teladan tentang peran keluarga yang terdiri dari Bapak, Ibu dan Anak yang beriman dan memilki visi hidup yang baik. Ibrahim sebagai Bapak adalah pribadi yang sangat teguh dalam mempertahankan prinsip keimanan, sedangkan Ismail sebagai sang putra merupakan teladan bagi pribadi yang komitmen terhadap keyakinan kepada Allah dan keluarga. Peran Hajar sebagai ibu tidak kalah penting, dimana basis dari keluarga dan masyarakat tidak mungkin tanpa naungan dan pemeliharaan dari Sang Ibu.

Selain teladan secara keluarga, teladan dari Ibrahim sekeluarga juga merupakan teladan membangun masyarakat. Kurban pada akhirnya bukanlah untuk Allah yang maha kaya, tetapi manfaatnya kembali kepada peneguhan solidaritas sosial untuk kehidupan yang adil dan penuh ridlo Allah. Kita dapat meneladani itu dengan melakukan penyelesaian masalah dihadapan kita, yaitu masalah sampah dan air.  Jika pengelolaan sampah yang telah dimulai oleh RT. 06 yang dipimpin oleh Ibu Satini didukung oleh semuanya, maka kita dapat berharap peran sosial dari ibadah kurban ini telah terjadi. Begitu pula masalah Air juga masalah air teratasi jika masyarakat melakukan gerakan penanaman pohon-pohon resapan air serta lubang-lubang biopori. Para hadirin juga diajak untuk mendukung  dan menyemangati anak-anak mereka untuk belajar. []


Bagikan

- Kembali ke Arsip Catatan Lapangan 2017 - 2021

Kontak

Informasi lebih lanjut

yayasan.wangsakerta@gmail.com

Jl. Jeunjing RT 06/RW 01 Dusun Karangdawa, Desa Setu Patok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon 45145

Formulir Kontak

Yayasan Wangsakerta
Yayasan Wangsakerta

Mewujudkan masyarakat yang cukup pangan, cukup energi, cukup informasi, dan mampu menentukan diri sendiri.

Profil

Siapa Kami

Ngenger - Sekolah Alam

© 2022 - 2024 Yayasan Wangsakerta. All rights reserved. Design by Studiofru