Mengenal karakter murid melalui kegiatan membaca
Oleh: Choirur Rozikin
Sudah menjadi rutinitas saya setiap hari senin menemani teman-teman Sekolah Alam Wangsakerta dalam kegiatan membaca dan berdiskusi. Saya banyak belajar dalam proses tersebut, entah itu belajar dalam hal menganalisis bahan bacaan ataupun belajar untuk selalu menghargai waktu. Namun yang paling berkesan dalam hidup saya adalah dimana saya bisa mengenal berbagai macam karakter seseorang.
Saya suka mengenal dan memahami berbagai macam karakter seseorang, karena dengan begitu memudahkan saya untuk menghadapi watak seseorang yang berbeda dan mampu untuk mengimbanginya. Salah satu cara yang sering saya lakukan untuk bisa mengenal lebih dalam karakter seseorang yaitu dengan “mendengarkan”. Mendengarkan itu merupakan kegiatan yang terlihat sepele namun hanya sedikit orang yang bisa melakukannya. Padahal dengan teknik mendengarkan inilah menurut saya kita bisa menang tanpa melakukan perdebatan yang panjang apa bila kita dalam konteks berdebat.
Kegiatan membaca di Sekolah Alam wangsakerta merupakan sebuah tantangan bagi saya. Dimana saya secara pribadi harus mencari strategi dan cara yang tepat untuk bisa memahami bahan bacaan dengan cepat dan benar. Kemudian starategi tersebut saya terapkan kepada teman-teman di sana. Tujuannya agar teman-teman dapat memahami apa yang telah mereka baca. Karena akan terlihat lucu apabila ada orang yang sering membaca buku-buku tebal namun tidak paham maksud/isi dari buku tersebut. Nyatanya banyak hal seperti itu terjadi pada masa sekarang.
Sudah satu tahun lamanya kegiatan membaca dan berdiskusi di Sekolah Alam Wangsakerta berjalan. Kegiatan itu memiliki beberapa tujuan yang telah ditargetkan. Tujuan-tujuan tersebut antara lain, Petama, Teman-teman di sana mau mengikuti kegiatan membaca. Kedua, Dapat membaca dengan baik. Ketiga, Mampu memahami apa yang mereka baca. Namun permaslahaannya muncul di poin ketiga, dimana yang mampu memahami isi bacaan hanya beberapa orang saja. Itu membuat saya berfikir, apa yang salah dari strategi yang diterapkan? Saya sudah mencari dan membaca berbagai tips jitu agar cepat memahami isi dari bacaan, namun tips-tips tersebut tidak berdampak banyak untuk teman-teman di sana. Saya coba menganalisis, apa yang menjadi kendala teman-teman di sana. Setelah itu saya menemukan ada dua faktor utama yang menjadi kendala. Pertama, kemampuan daya tangkap mereka masih kurang. Kedua, minat belajar teman-teman di sana berbeda atau terbagi dalam beberapa hal.
Akhirnya kegiatan yang saya senangi berguna juga untuk saat-saat seperti ini, ya kegiatan membaca karakter seseorang mampu membantu saya untuk menentukan strategi seperti apa yang cocok untuk teman-teman di sana. Entah strategi ini sudah dilakukan di suatu tempat atau belum, saya tidak memperdulikan itu, yang saya pedulikan adalah saya harus mencobanya dan melihat apakah bisa diterapkan atau harus mencari strategi baru yang lebih cocok untuk mereka.
Strategi yang diterapkan untuk menjawab kendala pertama di atas adalah dimana teman-teman di sana membaca seluruh bahan bacaan terlebih dahulu, setelah membaca secara keseluruhan saya memberi tugas yang berbeda untuk teman-teman disana. Untuk anak yang belum mampu sama sekali untuk memahami materi yang mereka baca, saya fokuskan untuk satu paragraph saja dan untuk anak yang sudah sedikit bisa memahami bacaan, saya kasih dua paragraph serta bagi anak yang sudah mampu memahami bacaan maka saya kasih seluruhnya. Strategi itu bisa membantu teman-teman sedikit demi sedikit menumbuhkan kepekaan atau kefokusan secara perlahan.
Setelah teman-teman selesai membaca maka tibalah bagi teman-teman untuk menjelaskan isi dari bacaan tersebut sesuai yang telah ditentukan. Hal yang cukup penting dilakukan dalam kegiatan membaca itu adalah merefleksikan apa yang mereka baca. Tugas teman-teman yang lain ketika ada yang sedang menjelaskan dari bacaan tersebut adalah mendengarkan dan bertanya.
Ketika sudah selesai menjelaskannya dilanjut dengan sesi tanya jawab, sesi tanya jawab ini bertujuan mengasah otak teman-teman untuk berfikir kritis. Seperti yang telah saya rasakan dulu ketika saya sedang berada di forum diskusi di kampus ataupun di pesantren, itu membuat tekanan pada otak saya untuk mencari jawaban yang dituju, ya meskipun terkadang kita tetap tidak menemukan jawabannya, akan tetapi selama kita bertanya dan berfikir dalam diskusi, kegiatan otak kita meningkat sampai pada titik terbaiknya. Saya selalu memfokuskan diri untuk teman-teman yang belum mampu untuk memahami isi dari bacaan itu. Ketika anak tersebut sudah mengalami kemajuan maka saya tambahkan menjadi dua paragraph dan seterusnya.
Sedangkan strategi untuk menjawab kendala yang kedua itu adalah dengan menerapkan storytelling, Menurut Echols (1975), storytelling terdiri atas dua kata yaitu story berarti cerita dan telling berarti penceritaan. Penggabungan dua kata storytelling berarti penceritaan cerita atau menceritakan cerita. Cerita yang diambil biasanya berisi tentang orang-orang biasa yang kemudian bisa menjadi sukses dengan modal awal membaca. Membaca itu sangat penting karena apapun mimpi atau jenis kegiatan yang kita senangi tanpa dasar bisa membaca dan dapat memahami isi dari bacaan tersebut maka akan sulit tercapai. Kalau kita melihat dari sejarah awal turunnya Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW maka kita akan menemukan pentingnya membaca.
Dikisahkan menurut para ahli tafsir yang saya ambil dari situs kumparan dimana saat mendapat wahyu pertama, Nabi Muhammad SAW sering menghabiskan waktu di gua Hiro untuk beribadah serta merenungi tentang kekuasaan Allah SWT. Kemudian tepat pada saat malam 17 Ramadhan, malaikat Jibril menemui Rasulullah sambil berkata “(Iqra), bacalah”.
Kemudian Rasulullah menjawab “aku tidak bisa membaca”, akhirnya malaikat Jibril kembali mengulang perkataanya hinga tiga kali namun Rasulullah masih tetap menjawab dengan hal yang sama. Setelahnya, malaikat Jibilpun mendekat dan mendekap tubuh Rasulullah, kemudia saat melepaskan dekapan dari tubuh Rasulullah, malaikat Jibril membacakan firman Allah berupa ayat Alquran, tepatnya surat Al Alaq ayat 1-5. Dari situ dapat kita lihat bahwa membaca itu sangatlah penting bagi kita semua.
Dengan teknik storytelling ini saya berupaya memberikan efek resapan dan bahkan menumbukan rasa semangat teman-teman dalam kegiatan membaca dan berdiskusi. Proses dua strategi di atas masih berjalan dan belum tahu pasti apakah akan berhasil atau tidak, namun setiap hal kemajuan atau kemunduran dari kepekaaan teman-teman terhadap bahan bacaan, selalu saya masukkan ke dalam evaluasi setiap pertemuannya, itu saya lakukan untuk mempermudah dalam menemukan ritme atau pola pembelajaran yang lebih progesif lagi.[]