Yayasan Wangsakerta
Yayasan Wangsakerta
Strategi UmumCatatan LapanganNgengerJelajah EnsiklopediaDonasi
kontak

<strong>Memuliakan Tanah dengan Bertani Organik:</strong>

Catatan pengalaman belajar di Sekolah Alam Wangsakerta

Oleh: Taryati*)

Memulai bercengkarama dengan tanah

Sabtu, 28 mei 2022. Pagi hari ini sangat cerah sekali, jadi membawa kebahagiaan karena jemuran saya akhirnya kering. Di pagi ini, saya mencari bahan bahan apa saja yang dibutuhkan untuk menu hari ini yaitu tumis kangkung. Beruntungnya, saya mendapatkan semua bahan yang dibutuhkan tanpa kekurangan apapun. Sesampainya di saung kita memasak bahan yang dibeli di warung tadi bersama sisi.hasil masakan kita lumayan enak karena masakan kita lumayan banyak menggunakan bumbu menjadikan masakan lebih flavourfull alias asin, tetapi masakan kita tetap habis dimakan.

Di sore harinya saya dan teman-teman belajar tentang tanah, dan saya ditempatkan di kelompok 1 (satu) yang bertugas meneliti tanah dibawah pohon bambu. Dimulai pada jam 2 dan selesai pada jam 5. Kita dijelaskan tentang struktur tanah dan apa sajakah yang dibutuhkan tumbuhan untuk tetap tumbuh. Kita diajari cara mengukur ph tanah atau potential hydrogen yang termasuk dalam unsur alam, dengan alat maupun tradisional dan masih banyak lagi pelajaran yang saya dapat di hari ini, saya merasa senang karena ilmu ini sangat berguna untuk kehidupan saya seterusnya dan juga untuk saya praktekan di rumah setelah pulang dari saung.

Narasumber pada kegiatan pengenalan tanah dan pertanian organik namanya kak karna dan saat itu kita menggali tanah di bawah pohon bambu sedalam 30 cm untuk diamati tipe tanah berdasarkan kedalamannya, hewan yang hidup di sekitar bambu, tumbuhan disekitar dan lain-lain yang dilihat di sekitar pohon bambu, lalu kita mengecek penyerapan masing-masing sampel tanah yang diambil dari berbagai tempat oleh beberapa kelompok.terakhir kita melakukan analisa struktur sampel sampel tanah dengan cara tanah dicampur dengan air dan didiamkan seharian. Peralatan yang digunakan meliputi: Linggis, Cangkul, Ember, Alat ukur PH, dan aqua botol. Kegiatan dimulai pada jam 2 dan selesai pada jam 5 sore.

Merajang kulit jeruk untuk membuat Eco Enzyme

Esok harinya, Saya memulai kegiatan hari ini dengan ke pasar, saya baru pertama kali ke pasar dan rasanya sangat seru, walaupun di sana sangat panas dan berdesakan tapi saya tetap menikmatinya. Saya menyiapkan kebutuhan untuk pupuk organik yang dicatat oleh kak karna, saya mendapatkan sebagian bahan yang dibutuhkan dan kita pun memutuskan untuk pulang. Bahan-bahan pupuk organik yang saya didapatkan dari pasar seperti air kelapa, kulit jeruk, kulit telur, sayuran, kulit nanas, kulit mangga.

Sesampainya di saung saya membersihkan kulit jeruk, setelah selesai kita makan bersama dan istirahat sebentar. Pada jam 2 siang saya diajari untuk membuat pupuk padat dan pupuk cair dengan menggunakan bahan bahan yang diambil dari pasar tadi, disini saya sekali lagi saya mendapatkan tambahan pengetahuan tentang pupuk dan apa saja yang bisa dijadikan pupuk.

Pertanian organik yang saya ketahui yaitu sistem pertanian yang memanfaatkan bahan-bahan alam atau alami sebagai pembantu tumbuhnya, dari mulai mulai media tanam sampai pupuknya menggunakan bahan alami dari alam. Menurut saya mengetahui aktivitas pertanian organik sangat penting karena aktivitas pertanian organik lebih murah dan lebih banyak manfaat bagi ekosistem dibanding pertanian anorganik dan mempraktikan aktivitas pertanian organik juga sangat penting karena saya belajar langsung dari kegiatan dan pengalaman sehingga saya bisa memperbaiki jika ada kegagalan dan bisa melihat langsung pertumbuhan tanaman dengan sistem organik. ekosistem menurut saya ialah lingkaran hidup  atau timbal balik makhluk hidup dengan lingkungannya. Sistem pertanian anorganik menurut saya adalah sistem pertanian yang menggunakan bahan  kimia untuk membantu tanaman dari mulai pupuk untuk nutrisinya sampai bahan untuk anti serangganya.

Menurut saya pertanian organik beda dengan yang lainnya karena pertanian organik memanfaatkan sumber daya alam untuk tumbuh, dari segi budget tentu lebih murah karena bahan pupuk sangat banyak dan sering dijumpai di sekitar saya, dan sistem organik bagus untuk tanah, tanaman, dan biota, karena tidak merusak. Karena membuat pupuk organic memerlukan effort untuk mencari dan membuat pupuknya dan untuk beberapa jenis pupuk organik untuk sampai pupuk siap diaplikasikan ke tanaman biasanya butuh waktu tidak seperti pupuk anorganik yang bisa langsung diaplikasikan ke tanaman tanpa membutuhkan waktu lama.[]

*)Taryati, umur 18 tahun, asal dari Desa Tinumpuk, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Ia adalah peserta program Ngenger angkatan 2 Tahun 2022, sebuah program belajar magang sekaligus mondok belajar selama 3 bulan di Sekolah Alam Wangsakerta.


Bagikan

- Kembali ke Arsip Catatan Lapangan 2017 - 2021

Kontak

Informasi lebih lanjut

yayasan.wangsakerta@gmail.com

Jl. Jeunjing RT 06/RW 01 Dusun Karangdawa, Desa Setu Patok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon 45145

Formulir Kontak

Yayasan Wangsakerta
Yayasan Wangsakerta

Mewujudkan masyarakat yang cukup pangan, cukup energi, cukup informasi, dan mampu menentukan diri sendiri.

Profil

Siapa Kami

Ngenger - Sekolah Alam

© 2022 - 2024 Yayasan Wangsakerta. All rights reserved. Design by Studiofru