Mahoni dan Simeut
Oleh : Muhammad Shobirin
Sore tadi, saya mengecek tanaman saya di sawah. Di lahan seluas 3000 meter saya menanam padi, kacang tanah (su’uk) dan ubi (boled). Tanaman Suuk dan boled kelihatannya tidak ada gangguan apapun. Saat melihat padi, ternyata banyak tamu yang sedang bermain, yakni binatang Belalang (Simeut dalam bahasa sunda). Mereka memakan daun padi. Saya bilang ke mereka kira-kira begini, “lamun bade ameng mah mangga wae, asal jangan merusak” (kalau mau main mah mangga saja, asal jangan merusak). Menjelang magrib, saya pulang.
Malam ini, terkait temuan saya di sawah tadi, saya curhat kepada salah satu senior saya, dalam dunia pertanian (petani organik). Dia menyampaikan, untuk mengusir Simeut itu biasanya pakai Buah Mahoni dan Daun sirih plus air 3 liter. Takarannya 1/2 kg Daun Mahoni, 25 lembar Daun Sirih dan air 3 liter. Buah mahoni dan daun sirih itu direbus sampe mendidih, kemudian ditiriskan, dan bisa langsung di manfaatkan. Takarannya setengah gelas untuk satu tangki.
Ternyata, saya teringat bahwa dulu sebelum bapak saya meninggal, beliau pernah numbuk buah Mahoni, dicampur air dan dimasukan dalam botol. Waktu itu saya tanya, “buat apa?”, beliau jawab “buat hama”. Saat saya cek, ternyata ramuan itu masih ada. Sebenarnya bapak sempat akan membuang ramuan itu, hanya kata saya, “jangan dibuang, barangkali nanti ada manfaatnya”.
Saya memperkirakan usia ramuan itu sudah 12 tahun. Bapak meninggal itu bulan januari tahun 2009, dan sekarang 2020, jadi 11 tahun lebih. Sedangkan ramuan itu dibuat sebelum Bapak meninggal. Sebelum membuku ramuan tersebut sebenarnya saya agak takut, barangkali karena baunya menyengat dan saya khawatir bisa mengakibatkan tidak sadarkan diri. Bismillahirrahmanirrahim, saya cuci botolnya kemudian saya kirim fatihah dulu khususon untuk Bapak. Saat saya buka, ada suara gas tipis, ces dan an luar biasa baunya.
Ramuan ini akan saya semprotkan nanti kalau penyebaran simeut semakin meluas. Buah Mahoni itu pahit, sehingga jika ramuan nempel di daun, simeut juga akan merasakan pahit. Ramuan ini bukan untuk membunuh mereka, tapi ini cara komunikasi dengan makhluk di sekitar kita. Dengan ini, seolah kita menyampaikan ke simeut bahwa “hayu kita sama sam,a jangan mengambil hak makhluk yang lain”. Ini memang berat, tapi apa salahnya kalau kita mencoba untuk belajar, belajar dan belajar.
Sebenarnya tulisan ini hanya untuk mengingatkan saya bahwa Bapak saya adalah petani yang rajin, ulet. Masa anaknya tidak mau belajar menjadi petani.Mudah mudahan Barokah,Khususon Bapak (Ismail bin Idris), Al Fatihah.Shollallahu’ala Muhammad.[]