Yayasan Wangsakerta
Yayasan Wangsakerta
Strategi UmumCatatan LapanganNgengerJelajah EnsiklopediaDonasi
kontak

Karakter Memimpin Itu…

Siang kemarin lusa di saung tengah ladang kami sekitar 35% c. Panasnya bukan main! Tapi hal ini tidak menyurutkan warga belajar SA Wangsakerta. Tema kali ini adalah evaluasi progres pengembangan sistem pengelolaan sampah.

Ida: bagaimana capaian perkembangan kita dalam mengolah sampah?

Satini, salah satu warga belajar yang lalu jadi ketua RT, maju ke depan. Dia koordinator pengelolaan sampah ini.

Satini: Di RT 06, sampah yang telah diambil ada 23 (*) rumah tangga. Dari jumlah ini yang sudah dipisah antara organik dan non organik ada, berapa ya?
Aisyah: ada 13 (*) rumah Ang!
Ida: jumlah semua rumah berapa?
Satini: 120 (*)
Ida: selebihnya dikemanakan sampahnya?
Forum: dibakar, dan dibuang.

Dibuang artinya baik ke selokan maupun ke tempat sampah sementara yang dikelola anak2 SA Wangsakerta.

****

Upaya tiap Jum’at pagi selama berbulan-bulan ini setelah dilihat angka partisipasinya ternyata masih kecil dibanding dari keseluruhan populasi satu RT. Padahal cita-citanya adalah berjalannya tata kelola sampah terpisah sejak rumah tangga, dan dikelola lebih lanjut sebagai pupuk organik dan komoditi non organik.

Tata kelola memang sudah terjadi. Sampah-sampah diambil dari rumah-rumah, diangkut dengan menggunakan gerobak, dan diletakkan di penampungan sementara, di ladang pinggir jalan. Proses berikutnya memilah sampah yang organik dari yang non organik. Yang organik diolah sebagian menjadi pupuk, lainnya pestisida. Untuk ini dibangun instalasi khusus di sebelah saung dan grrenhouse. Yang non organik dikumpulkan yg bisa dimanfaatkan dan dijual, dibakar selebihnya di tempat penampungan ini.

****

Ida: jadi kenapa baru sedikit warga yang mau terlibat?
Satini: mereka bilang sampah sedikit, dibakar saja mumpung musim kering. Nanti kalau musim hujan, mereka akan ikut setor sampah.
Ida: gemana cara mengajak mereka selama ini?
Jani: sosialisasi
Aisyah: dari mulut ke mulut
Satini: tiap kali putar bilang ke orang yang ketemu.

Mereka dan semua siswa berdiskusi apa yang kurang. Upaya di atas dinilai kurang karena belum ada upaya sistematis untuk sosialisasi. Di RT ini dan di kampung, sistem musyawarah telah lama tidak ada. Tidak ada pertemuan rutin. Tidak ada kumpul untuk rembug masalah tertentu. Yang ada pertemuan tradisional: kenduri, kondangan, doa bersama, pengajian dan lain-lain yang tidak terkait masalah sosial yg perlu solusi.

Jadi bagaimana?
Satini: ya nanti perlu rapat khusus RT.

****

Anak-anak yang menjalankan pengelolaan sampah ini juga punya ide-ide.
Ida: katanya Mani dan Jani ada ide? Ayo utarakan!

Lalu Jani ke depan kelas:
Jani: ini kan RT 06? Sementara kita sebelahan jalan sama RT 04 dan RT 01. Kita ambil kiri saja, nggak enak sama kanan jalan. Tapi kalau diambil semua kita tak punya tenaga.
Forum: jadi terus gemana?
Jani: aku sudah bicara sama Mani, yang lokasi rumahnya berdekatan sama aku. Kita akan ambil sampah dari semua sampah dari rumah pinggir jalan sampai tiga rumah ke arah dalam.
Forum: kita kurang orang!
Jani: tenang. Aku sudah musyawarah, aku akan rekrut anak-akan di sekitarku. Akan aku ajak mengangkut sampah! Mereka pasti mau, yang CS sama aku!
Forum: wah hebat…
Jani: harinya biar gak sama dengan kita, akan aku minta Sabtu

Tini: apa nggak capek kalo hari Jumat Sabtu kerja terus?
Ida: anak-anak di sana dan bapak-bapak pada ngumpul tidak kerja hari apa?
Forum: Minggu
Ida: kenapa tidak Minggu aja kalo yang kita sasar mereka?
Jani: ok Bu, Minggu kita akan lakukan.

****

Walhasil, musyawarah mengahsilkan dua tindak lanjut. Pertemuan khuaus di Rt 03 soal sampah, dengan target sasaran orang dewasa. Kedua, anak2 direkrut Jani dan Mani di RT lain untuk terlibat mengurus sampah.

Bagimana dengan pengurus RT-RT?
Forum: abaikan… Sudah faham bahwa memulai pekerjaan sosial tidak akan berjalan tanpa contoh. Bahkan para pemimpin masyarakat, harus dipimpin contoh juga.

Kali ini pemimpin yang memberi contoh, berfikir, bekerja, berkoordinasi, rapat, kerjasama, adalah Jani, Mani, dan warga belajar SA Wangsakerta. Bocah2 cilik ini…

****

Pendidikan hadap masalah, akhirnya melahirkan karakter-karakter memimpin. Syukur kepada Gusti Allah pemilik aturan jagad ini…[]

Cirebon, 24 Okt 2019

Wakhit Hasim


Bagikan

- Kembali ke Arsip Catatan Lapangan 2017 - 2021

Kontak

Informasi lebih lanjut

yayasan.wangsakerta@gmail.com

Jl. Jeunjing RT 06/RW 01 Dusun Karangdawa, Desa Setu Patok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon 45145

Formulir Kontak

Yayasan Wangsakerta
Yayasan Wangsakerta

Mewujudkan masyarakat yang cukup pangan, cukup energi, cukup informasi, dan mampu menentukan diri sendiri.

Profil

Siapa Kami

Ngenger - Sekolah Alam

© 2022 - 2024 Yayasan Wangsakerta. All rights reserved. Design by Studiofru