Harapan Herman, pembuat cobek batu Kampung Karangdawa
Oleh: Misrati*)
Batu-batu ini ia cari di genangan air yang sudah pernah terkena banjir. Di tempat-tempat itu ia akan mendapat batu. Ia mencari di sungai Lembangok, yaitu sungai di desanya. Di sungai itu mencari batu secara gratis tidak bayar sama sekali.
Herman, seorang warga RT. 03 RW,01 membuat cobek batu untuk memenuhi sehari-hari. Hal itu ia lakukan sejak tahun 1998. Ia mencari batu dari sungai ke sungai yang jaraknya lumayan jauh sekitar 3 Km dengan berjalan kaki. Ia membawa alat sederhana yaitu wadung dan patuk. Dari perjalanan jauh itu ia kadang hanya mendapat dua batang batu untuk membuat cobek.
Herman lalu menjual cobek batu di tempat perantauan seperti Kalimantan dan Lampung, atau di pengepul di kampung sendiri Karangdawa. Harga cobek batu yang belum sempurna minimal Rp. 10.000 sampai dengan Rp. 15,000. Hal itu belum tentu langsung laku. Kadang-kadang baru laku beberapa hari setelah itu
Ada peristiwa yang berkesan buat Herman yaitu saat mendapatkan banyak batu. Ia pernah mempunyai pengalaman baru melihat burung yang ia sukai, sehingga ia merasa bisa mendapatkan banyak batu lebih dari biasanya. Meskipun saat ini Herman hanya mencari batu untuk membuat cobek di sekeliling tempat tinggalnya sendiri, ia berharap pedagang cobek batu seperti dia di masa depan bisa lebih lancar dan tidak ada halangan apapun untuk berdagang cobek batu
Demi untuk mengidupi keluarga, Herman terus berusaha membuat cobek batu walau harganya tidak seberapa. Penghasilan dari berdagang cobek batu ini mendapatkan uang pas-pasan. Jika tidak mendapatkan batu sama sekali, ia tidak mendapatkan uang. Jika mengalami hal ini ia berusaha mencari uang dengan bekerja sampingan yaitu mencari telor (burung?) Keranggang dengan mencarinya dari satu pohon ke pohon lain di hutan.
Jika Herman tidak berdagang cobek batu, ia akan kesulitan untuk menyediakan makanan untuk keluarga dan tidak bisa memberi uang jajan untuk anak-anaknya. Untuk itu ia berharap kepada Pemerintah menyediakan alat kerja bagi pengrajin cobek batu, misalnya mesin gerinda. Selama ini ia hanya menggunakan sederana yaitu patuk. []
*) penulis adalah murid sekolah alam wangsakerta