Catatan Suherdi
Oleh: Suherdi
Pada hari sabtu, 25 Januari 2010, kami diajari menjadi pengusaha oleh Pak Susilo. Menurut beliau kita harus bisa memanfaatkan peluang kalau ingin menjadi seorang pengusaha. Misal, lahan atau tanah yang kosong itu ada baiknya ditanami rumput odot atau serai.
Hanya dalam jangka waktu satu bulan, rumput tersebut sudah bisa dipanen. Harganya sekitar 1000/kg dipasaran. Rumput tersebut memang banyak dicari peternak. Apalagi menjelang hari raya qurban, harganya bisa naik berkali-kali lipat.
Coba bayangkan, berapa keuntungan yang bisa diraih jika masing-masing dari kita menaman seribu odot. Satu orang seribu lubang. Apalagi jika kita menanamnya secara berserikat. Terimakasih pak susilo sudah mengajari kami jadi pengusaha yang benar meski semua itu masih jauh di depan.
Lalu keesokan harinya, saya bersama teman-teman diajak Pak Wakhit untuk mengambil peralatan bengkel bekas peninggalan kakaknya dulu. Letaknya lumayan jauh dari kampung kami.
Setibanya di bengkel, kami kecele. Tampak perkakas berserakan disana-sini. Sepertinya bengkel tersebut sudah lama tidak beroperasi. Tak seperti bayangan kami, yang sesampainya disana tinggal angkut dan pulang.
kami pun membongkar bengkel tersebut. Oleh Pak Wakhit, kami diberi instruksi untuk mencopot atapnya terlebih dahulu. Anwar, Nadi dan Mani yang diatas, sedangkan saya dan Jani berjaga di bawah.
Beberapa lama kemudian kami semua dipanggil untuk beristirahat. Dibawakannya kepada kami sebungkus gorengan oleh Pak Wakhit. Di sela istirahat itu, saya bersama Jani dan Mani memanjat pohon kersem yang tumbuh dibelakang bengkel.
Di saat kami bertiga mencari kersem, kami melihat Anwar terjatuh dari atap bengkel. Rupanya ia salah menginjak asbes. Jani yang khawatir langsung berlari menuju gudang. Beruntungnya, Anwar tak mengalami cedera serius, kakinya hanya sedikit terkilir.
Tepat sore hari, aktivitas “bongkar-membongkar” tersebut selesai. Kayu-kayu sudah tertata rapi diatas mobil. Lalu, di arah jalan pulang, kami singgah di warung mie ayam. Rencananya kami mau ditraktir oleh Pak Wakhit. Daaa….n pas kami masuk ke warung tersebut, penjualnya bilang: maaf Mas, sudah habis. Kami pun harus kecele untuk kedua kalinya.