Yayasan Wangsakerta
Yayasan Wangsakerta
Strategi UmumCatatan LapanganNgengerJelajah EnsiklopediaDonasi
kontak

Catatan Lapangan Santri Mahad Aly: Sebentuk Epilog

Oleh: Muhammad Ridwan

Refleksi Alam Wangsakerta

Keren, Kagum, Menyenangkan. Tiga kata itu sebenarnya memang tidak akan mewakili apa yang sesungguhnya ada dalam hati dan pikiran saya ketika selama tiga hari ikut hidup bersama, mengambil pelajaran serta pengalaman yang sangat berharga di Sekolah Alam Wangsakerta, Dusun Karangdawa, Desa Setupatok, Mundu, Cirebon.

Kegiatan ini berawal dari obrolan ringan antara Mudir kami Pak Marzuki Wahid dan dosen kami Pak Wakhit Hasim yang menginginkan bahwa mahasantri Ma’had Aly Kebon Jambu khususnya kami sebagai angkatan pertama sudah harus memiliki pengalaman, bahan, atau alat yang bisa digunakan untuk KKN dalam waktu dekat. Terlebih, untuk jangka panjangnya yaitu dalam hidup bermasyarakat dengan lingkungannya masing-masing.

Sekolah Alam Wangsakerta adalah satu manifestasi dari sekian sekolah yang memiliki karakteristik tersendiri dibanding sekolah lain yang saya temukan selama ini. Sekolah yang dibangun berdasarkan kesadaran dan kebutuhan akan belajar yang sesungguhnya.

Sekolah ini tidak terlalu suka dengan segala atribut, aturan, dan sistem yang selama ini membingungkan dan membelenggu. Yang justru pada akhirnya dengan seperangkat itu semua banyak sekolah seperti kehilangan misi utamanya yakni belajar. Sehingga banyak orang yang sibuk sekolah sampai tidak belajar sama sekali.

Sebelum lebih jauh, setidaknya ada beberapa pelajaran yang dapat kami ambil dari sini. Meskipun sesungguhnya banyak pelajaran dan pengalaman yang kami dapat dari sini. Namun mungkin akan terlalu panjang juga jika semuanya saya tuliskan di sini.

Diantara pelajaran kehidupan itu adalah pertama bahwa kita tidak boleh menilai apapun terutama terhadap orang lain hanya dari penampilannya bukan dari apa yang sudah diperbuatnya. Misalnya, di sekolah alam ini, murid-muridnya mungkin terlihat berkesan “sangar”.

Kesan itu saya rasakan pertama kali ketika baru sampai di sini. Di pertigaan jalan, banyak pemuda yang sedang berkumpul dengan rambut kebanyakan disemir merah. Kemudian setelah sampai di tempat pun saya agak sedikit heran juga dengan sekolah ini.

Memang dari nama saja, sudah bisa terbayang bagaimana lingkungan sekolah ini. Tidak ada kelas, tidak ada seragam, tidak ada kantor, tidak ada kata-kata motivasi atau kata bijak yang biasanya banyak bergelantungan di tembok-tembok sekolah. Di sini tidak ada.

Namun, bukan berarti semuanya itu adalah jelek atau suatu keburukan. Justru sebaliknya, kalau selama ini kita hanya hafal teori. Di sini sudah setiap hari mempraktekkannya.

Jika selama ini kita selalu disuguhi kata-kata indah, bijak, motivasi dan sebagainya sebagai upaya mengunggah semangat untuk beramal. Di sini mereka setiap waktunya selalu menebar kemanfaatan untuk orang lain, alam, dan lingkungan sekitarnya.

Bukan hanya itu, jika selama ini kita belajar berbagai banyak hal namun pada ujungnya kita belum bisa berbuat apa-apa atau merasa tidak punya kemampuan yang bertambah. Di sini mereka, diajarkan berbagai skill sesuai minat dan bakat mereka.

Mereka diajari bercocok tanam, pengolahan sampah, pengolahan data masyarakat, wawancara, literasi, musik, teater dan berbagai kesenian lainnya yang mungkin bisa di lihat di channel YouTube mereka “Yayasan Wangsakerta”.

Singkat kata, kita kalah telak dengan mereka yang secara penampilan mungkin sebenarnya jauh dari seorang pelajar pada umumnya.

Kedua, kita tidak boleh antipati, ekslusif, menutup diri ketika berinteraksi dengan apapun, siapapun, dan dimanapun. Khususnya dalam hal-hal yang dianggap baru. Karena sebagai makhluk sosial kita niscaya membutuhkan bantuan orang lain.

Karena jika demikian, bagaimana mungkin kita tahu latar belakang, keluh kesah, faktor penyebab kehidupan mereka saat ini dengan lingkungannya.

Dan ketiga, Jangan sampai kita terbelenggu dengan hal-hal yang bersifat sebagai alat, metode, atau perantara. Bukan tujuan sesungguhnya. Seperti, atribut, sistem, kurikulum, dan segala macam simbol-simbol lainnya.

Sebagaimana saya katakan di awal. Sekolah itu hanya proses. Misi utama yang sesungguhnya adalah belajar itu sendiri.

Tiga hari yang kami jalani di sana sungguh meninggalkan kesan yang sangat mendalam, khususnya bagi saya pribadi. Satu diantara yang belum saya katakan sebelumnya adalah bahwa di sini masakan mereka sungguh enak.

Kami ingat, malam terakhir sebelum besoknya kita mengunjungi danau Setu Patok lalu permisi pulang. Malam itu, dengan suasana hujan, setelah kami nonton film tentang “kemanusiaan, kesetaraan, dan kebebasan” kami disuguhkan makanan yang rasanya ala restoran dengan menu ayam geprek.

Sungguh lengkap karena setelah itu kami menghabiskan malam terakhir dengan bermusik ria bersama tim musik Sekolah Alam Wangsakerta.

Harapan saya, ke depan juga semoga ikut ditumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengaji dan belajar agama lebih dalam. Karena bagaimanapun pelajaran agama itu sangat penting.

Meskipun pada prakteknya, sebagian besar mereka sudah jelas-jelas mempraktekkannya namun tetap saja ada wilayah-wilayah yang memang harus diajarkan oleh para guru-guru ngaji.

Terakhir, terimakasih, serta apresiasi setinggi-tingginya untuk para malaikat kebaikan di sana. Pak Wakhit Hasim, Ibu Farida Mahri, Ibu Satini (RT), Mas Ishom. Serta siapapun yang sudah bersedia dan berjuang menghidupkan kehidupan di sana.

Juga malaikat malaikat kecil selanjutnya, Anwar, Suherdi, Misjani, Fadilah, Aisyah, Shofy, Beah. Dan teman teman lain yang saya belum sempat hafal semua namanya.

Semoga kalian semua tetap dalam kesehatan dan keberkahan dari Allah. Dan, tetap semangat sungguh kalian hebat!

Sampai jumpa, SA Wangsakerta

20 Januari 2020


Bagikan

- Kembali ke Arsip Catatan Lapangan 2017 - 2021

Kontak

Informasi lebih lanjut

yayasan.wangsakerta@gmail.com

Jl. Jeunjing RT 06/RW 01 Dusun Karangdawa, Desa Setu Patok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon 45145

Formulir Kontak

Yayasan Wangsakerta
Yayasan Wangsakerta

Mewujudkan masyarakat yang cukup pangan, cukup energi, cukup informasi, dan mampu menentukan diri sendiri.

Profil

Siapa Kami

Ngenger - Sekolah Alam

© 2022 - 2024 Yayasan Wangsakerta. All rights reserved. Design by Studiofru