Yayasan Wangsakerta
Yayasan Wangsakerta
Strategi UmumCatatan LapanganNgengerJelajah EnsiklopediaDonasi
kontak

Belajar Me_rasa

Oleh: Muhammad Shobirin

Ahmad Shobir, Petani Muda dari Desa Sampih, Cirebon

Buri madrasah, 3 Syawwal 1441 H.

Hampir seminggu bahkan lebih, saya tak turun ke petakan sawah untuk membersihkan Gulma dan menutup lubang-lubang kepiting (keuyeup: bahasa sunda). Bahkan dalam waktu lama itu saya jarang komunikasi langsung dengan padi, sesekali kadang mampir hanya untuk mengelilingi saja.

Pagi ini, saya sebagai petani yang baru belajar, sudah mulai beraktivitas seperti petani pada umumnya, kotor kotoran, turun ke petakan sawah, dan intinya membuat kulit saya lebih eksotis lagi. Ternyata padi saya sedang menunggu sang kekasihnya, yaitu saya. Kelihatannya ada yang riang gembira dan ada yang sedikit murung kurang bahagia. Padi yang bahagia karena airnya mencukupi dan asupan makanannya tidak diganggu oleh makhluk lain. Sedangkan yang kurang bahagia dia seolah curhat ke saya, bahwa tidak nyaman dengan gulma (jukut: bahasa sunda) yang tumbuh subur di sekelilingnya.

Banyaknya gulma yang tumbuh karena kurangnya air yang menggenang. Berbeda dengan petakan sawah yang airnya menggenang, padinya tumbuh subuh dan bersih (Ca’ang: bahasa sunda). Dari warna daun juga berbeda, petakan yang bersih dari gulma warnya hijau agak tua, sedangkan yang banyak gulmanya warnanya hijau muda. Menurut saya itu karena kurang bahagia. Dia murung, jatah makanannya dibagi sama gulma itu. Nanti saya akan bersihkan gulmanya, supaya padi saya bisa kembali bahagia.

Membershkan gulma

Ternyata pertumbuhan padi saya tidak kalah dengan tetangga sawah, padahal padi saya tidak pake kimia. Full organik. Pupuknya pake Kohe Ayam. Meskipun “tandur” lebih belakang dari yang lain, tapi pertumbuhannya sama bahkan lebih cepat. Mudah mudahan ini bukan sombong, tapi tahadduts binni’mah. Karena pada mulanya saya tidak berencana organik, namun diperjalanan dengan segala pertimbangan saya memutuskan untuk berorganik. Entah 100 % garapan sawah atau hanya 50% nya saj, kita lihat nanti. Yang jelas, sampe detik ini masih 100% organik.

Padiku sayang, dalam suasana lebaran ini, saya mohon maaf lahir bathin karena kemarin-kemarin saya tidak pernah ngapelin kamu. Namun percayalah saya selalu merindu dan mendoakan serta membacakan sholawat agar kita semua bisa bahagia dan mendapatkan keberkahan. Aamiin ya Allah Ya Robbal ‘alamin. Demikianlah, pan balik dikit. Lapar, durung sarapan. []


Bagikan

- Kembali ke Arsip Catatan Lapangan 2017 - 2021

Kontak

Informasi lebih lanjut

yayasan.wangsakerta@gmail.com

Jl. Jeunjing RT 06/RW 01 Dusun Karangdawa, Desa Setu Patok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon 45145

Formulir Kontak

Yayasan Wangsakerta
Yayasan Wangsakerta

Mewujudkan masyarakat yang cukup pangan, cukup energi, cukup informasi, dan mampu menentukan diri sendiri.

Profil

Siapa Kami

Ngenger - Sekolah Alam

© 2022 - 2024 Yayasan Wangsakerta. All rights reserved. Design by Studiofru