BAHAGIA
Oleh: Turminih*)
Saya merasa senang datang ke sini, di Saung Wangsakerta, untuk mengikuti program Ngenger angkatan ke-2. Karena dari pertama kali datang saya langsung merasa bahagia. Bisa diajari berbagai cara kehidupan seperti pembuatan pupuk, seperti pupuk cair, pupuk padat. Pada hari ke dua saya berada di sini, saya diajak menyiapkan makanan entok. Ternyata susah ya, tidak semudah yang saya bayangkan. Misalnya: sayuran yang busuk itu dicuci terlebih dahulu, kemudian digiling dengan campuran dedak.
Kemudian saya baru kenal dengan rumput pakcong, yang buat makan kambing. Dan ada lagi yaitu, rumput tapak lima, rumput mutiara. Pada hari selanjutnya saya berada di sini. Saya mencoba untuk mencuci sayuran, yang busuk itu. Ternyata ya susah dan sorenya mencari rumput. Dan malam harinya diadakan kegiatan membaca puisi. Saya sangat deg–degan Gitu. Bisa atau tidak saya membacanya. Keesokan harinya, saya berada di sini diajari praktik mencangkul.
Saya meneruskan kegiatan mencangkul dan setelah itu memberi pupuk kompos ke lahan sambil disiram dengan pupuk cair. Pada hari ke-6 saya berada di sini, lahan yang sudah digemburkan dan diberi kompos. Kemudian menabur bibit bunga kenikir. Berikut tahap pembelajaran yang saya tangkap, pertama, tahap pembibitan bunga kenikir. Pembibitan bunga kenikir bisa dilakukan. Melalui biji. Ambilah biji yang sudah kering dan tua. Di pohon kenikir, jika masih basah bisa dijemur di sinar matahari. Langsung supaya benar-benar kering. Simpan beberapa waktu, kemudian sebarkan ke media tanam tanpa harus disemai.
Kedua, tahap tanam bunga kenikir. Siapkan media tanamnya berupa campuran tanah gembur. Dengan pupuk kandang atau kompos yang sudah diayak (disaring) halus hingga campur merata. Kemudian tebarkan benih pada media tersebut, tutup dengan Lapisan media tanam tipis. Supaya tunas cepat tumbuh, lakukan penyiraman dan perawatan yang rutin terutama pada masa rawat tanam agar bunga cepat tumbuh.
Saya juga ikut pengajian pada malam harinya bersama Pak Muiz, dengan tema Pangan, Diri, dan Spiritual. Menurutnya, nasi berasal dari beras petani, sayur, timun, kol, kacang panjang, kacang tanah cabai. Bumbu; gula merah, garam, mecin, royco, kencur. Semua itu bukan produk kita,tapi produk orang lain. Pak Muiz berpesan jangan mengonsumsi makanan dalam keadaan yang masih panas, juga jangan memakan makanan haram, karena berdampak tidak baik bagi tubuh. Ia juga menjelaskan bahwa Nabi Adam adalah nabi yang pertama, bukan manusia pertama. Serta ditutup dengan keterangan mengenai keterkaitan kita sebagai manusia dengan tanah
Pada hari ke-14 saya berada di sini, pada sore harinya diajak jalan-jalan.oleh keluarganya Ibu Farida dan Pak Wakhit bersama kedua anaknya. Ke jalan baru namanya. Eh, ternyata mau ke danau Setu Patok. Ternyata mereka baik ya. Sepanjang perjalanan menuju jalan baru, menuju danau itu suasananya masih seperti hutan. Tidak ada rumah penduduk. Ada kuburan lagi. Dan ada sawah yang satu lubang sawah, satu lagi tanaman.
Ada sawah yang semuanya sawah padi semua. Tanaman padinya baru mekar. Setelah cukup lama naik mobil, terlihatlah. Danau yang sangat indah.panjang dan banyak itunya kaya gunungnya bukit. Saya melihat sawah yang terasering. Seperti di pegunungan. Dan padinya baru di tanam. Air danaunya yang melimpah dan tenang. Kata Ibu Ida kalau air danaunya surut banyak orang yang menanam padi di danau itu. Dan kalau dulu mah, lewat santainya bukan dari sini.
Tapi dari sana, tidak tahu lagi di sepanjang danau itu ada apa, terlihat banyak berdiri warung-warung untuk berjualan. Serasa kaya di surga. Melihat indahnya danau Setu Patok. Danau yang indah airnya yang tenang bukitnya panjang, bagus dan banyak serta pohon-pohon Yang ada di dalamnya semuanya bagus dan indah membuat otak saya menjadi segar.
Dibalik airmu yang tenang itu mungkin banyak binatang-binatang yang bisa dimakan atau yang tidak. Kau sungguh indah sekali. Seindah pemandangan yang saya lihat. Setibanya di sana ibu ida mengajak duduk santai di tepian danau. Di sana ada meja untuk makan. Juga ada yang sedang mencari ikan (memancing).
Ada tikar yang sudah digelar buat duduk. Kemudian ibu ida menawari makanan dan minuman. Banyak orang-orang yang refreshing di sana. Sambil makan dan minum. Dan ada juga orang-orang yang sedang mencari ikan di danau tersebut. Kemudian ibu ida memesan indomie goreng yang saya suka dan satu botol air aqua. Makan bersama begitu enaknya, terasa seperti mimpi sambil bisa melihat danau.[]
*) Turminih, 41 tahun, purna buruh migran asal Desa Juntinyuat, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu. Ia ikut bergabung belajar di Program Ngenger Sekolah Alam Wangsakerta Angkatan ke 2 tahun 2022.